Selasa, 31 Mei 2016

Filosofi Akar



Akar itu tak pernah kelihatan karena tertutupi oleh tanah. Ya walaupun sebagian ada yang  menonjol keluar, tapi emang mayoritas akar itu selalu berada di dalam tanah dan penulis juga membahas akar yang berada di dalam tanah. Kebanyakan orang hanya memandang pohon itu besar karena batang  atau yang lainnya. Padahal itu semua berkat akar. Pohon yang besar maka akarnya pun pasti lebih besar.
Perjuangan akar tak kenal yang namanya lelah ataupun menyerah, ia akan terus mengejar air dan sari tanah demi berlangsungnya pertumbuhan pohonnya sehingga tak terasa kalau ia telah jauh melintasi tanah dan menjadi sebuah pohon besar dan gagah. Meskipun begitu ia tak merasa tersinggung setiap perkataan orang yang tak menanggapi usahanya tetapi hanya memandang besarnya pohon saja.
Seharusnya pun kita sebagai manusia tak perlu kecewa ketika karyanya tidak diapresiasikan atau hanya diingat bukan karenanya. Ingat kawan!!! Banyak ilmuwan yang telah menemukan suatu hal yang baru, tetapi yang diingat hanya ciptaannya saja. Justru ia akan marah bila namanya tidak agungkan atau dikenang. Rasanya malu sama akar, karena akar itu tak mempunyai akal sedangkan kita sebagai manusia memilik akal. Ia (akar) selalu bergerak di belakang layar tanpa dikenang ataupun diagung-agungkan orang.
Ironisnya. Masih ada orang yang hanya bermain di balik layar, hanya untuk menjaga kelangsungan permainan namun tanpa disadari bahwa ia mengawasi dan memantau perkembangannya. Sebenarnya orang yang berada di balik layar ini sangat bahaya bagi suatu kelompok walau ia bukan di posisi ketua atau wakil karena dari usahanya lah dapat menjalankan suatu rencana yang baik atau buruk. Orang di belakang layar padaumumnya memiliki kepentingan. “Tidak setulus apa yang dirintis akar untuk pertumbuhan pohonnya.”
Dari tulisan di atas sebenarnya penulis ingin memberitahukan bahwa akar ini dapat menjadi prinsip bagi kalian yang merasa malu untuk tampil di muka umum atau kalian yang merasa tak pernah dianggap walau hasilnya dapat dibilang memuaskan atau sangat memuaskan. Karena “Filosofi Akar” memberikan khazanah cara mencari keredhoan Illahi yang haqiqi.
“Terima Kasih”
By : Penulis

Rabu, 23 Maret 2016

Perjuangan Hidup Penjual Terang Bulan Jadul



Kadang kita tak pernah tau kemana nasib akan membawa kita, begitupun juga yang dialami oleh salah seorang narasumber yang di wawancarai oleh redaksi sebut saja Bu Wiwi salah seorang pedagang terang bulan yang berada di pinggiran jalan sebelah Universitas Muhammadiyah Surakarta yang menuturkan ceritanya kepada redaksi.
Lika liku hidup Bu Wiwi dimulai ketika pada tahun 2006, suaminya memutuskan untuk memperbaiki nasibnya di pulau kalimantan, Bu Wiwi yang saat itu telah berada cukup nyaman dipuncak kesuksesannya ragu untuk melepaskan kepergian suaminya, namun apa daya keinginan suaminya yang begitu kuat membuatnya tak kuasa membendung hasrat suaminya tersebut. Akhirnya dengan berat hati Bu Wiwi terpaksa melepas kepergian suaminya.
Seiring waktu Bu Wiwi terus menanti kabar dari perantauan suaminya, namun apa daya yang ditunggu tak merasakan kerinduan hati Bu Wiwi kepadanya. Singkat cerita Bu Wiwi di telepon oleh suaminya yang meminta cerai dikarenakan suaminya telah memiliki istri yang baru.  Alangkah terkejutnya hati Bu Wiwi ketika mendengar kabar ini. Perasaan sedih dan strees yang menimpanya seolah merubah segalanya. Menurutnya itulah titik terendah dalam hidupnya, ketika dia harus berpisah dengan suaminya
Cerita terus berlanjut, Bu Wiwi memutuskan untuk pergi merantau ke pulau bali, dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga disana, awalnya memang berjalan dengan baik dan lancar namun semuanya berubah ketika ibu dari bu wiwi mengabarkan padanya perihal anak pertamanya yang enggan untuk melanjutkan sekolah. Hal ini semakin memperburuk keadaan bahkan tak jarang Bu Wiwi harus menderita sakit akibat tekanan batin yang berkepanjangan.
Namun sepertinya tuhan masih sayang terhadap hamba-Nya yang satu ini, takdir mengantarkan Ibu Wiwi untuk melanjutkan cerita hidupnya di kota solo pada tahun 2013. Di kota ini pula beliau dipertemukan dengan orang yang kini telah menjadi suami barunya dan inilah yang sekarang mengantarkannya kepada kehidupan barunya sebagai pedagang terang bulan di pinggiran jalan menuju Universitas Muhammadiyah Surakarta, beliau juga mengungkapkan bahwa walaupun keadaan sekarang tak sebaik keadaanya dahulu namun dia merasa bersyukur karena tuhan masih menyayangi hamba-Nya. Beliau juga berpesan kepada redaksi agar selalu bersyukur terhadap apa yang telah diberikan tuhan kepada kita semua serta selalu mampu mengabil  ibrah darinya.
“Terima Kasih”
By : Penulis dan teman - teman

Senin, 21 Maret 2016

Nikmatnya Menjaga Lisan

Banyak di antara kita yang masih meremehkan lisan atau lidah. Padahal lidah ini dapat membuat kita jatuh ke dalam nereka hanya karena kita tidak dapat menjaga lidah. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:
“Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra menuturkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda “Apabila anak Adam (umat manusia) akan memulai kegiatannya pada pagi hari, seluruh anggota tubuh berpesan kepada lidah agar berhati-hati. Pesan mereka “Wahai lidah, bertakwalah kepada Allah SWT dalam membawa kami. Kami bergantung kepadamu. Jika kamu lurus, maka kami juga lurus, Tetapi apabila kamu bengkok, maka kami juga akan bengkok.” (H.R. Tirmidzi)
Jadi sudah jelas bahwa semua anggota tubuh kita ini sangat bergantung kepada lidah kita ini dan tak bisa dimungkiri bahwa konsekuensi dari apa yang diucapkan oleh lidah harus ditanggung oleh semua anggota tubuh. Contoh yang paling sederhana adalah, jika lidah ini terlanjur berbohong maka seluruh anggota tubuh  akan merasakan ketakutan dan berkata “Bagaimana jika kebohongan itu terungkap?” Begitu juga sebaliknya jika lidah selalu berdzikir kepada Allah SWT, Insya Allah seluruh tubuh tidak akan melanggar larangan agama karena takut kepada-Nya. Berkenaan dengan itu kita dianjurkan agar menjaga lidah, sebagaimana yang diungkapkan Hadist di bawah ini:
“Dari Abu Juft RA memberitahukan, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian amalan apakah yang dicintai oleh Allah SWT?”
Para sahabat tidak menjawab. Lalu Rasulullah SAW bersabda “ Amalan tersebut adalah menjaga lisan.” (H.R. Baihaqi)
Jadi,  jika mau dicintai Allah SWT kita harus menjaga lidah, gunakan lidah  untuk kebaikan seperti n’tuk berdzikir kepada-Nya, menasihati orang-orang yang salah, mengajak orang ke dalam kebaikan, dan lain sebagainya. Asal tahu saja, bahwa lidah salah satu indikator untuk menentukan kadar iman seseorang. Hal ini sesuai dengan Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, sebagai berikut:
“Dari Anas ra memberitahukan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Iman seseorang tidak akan istiqomah (stabil terus-menerus) kecuali jika hatinya istiqomah, tetapi hati tidak akan istiqomah kecuali jika lisannya istiqomah.” (H.R. Ahmad)
Maksud dari Hadist tersebut memberikan spirit agar setiap kata yang diucapkan memengaruhi hati. Jika ucapan selalu jujur, Insya Allah hati pun bersinar, jadi marilah kita berusaha untuk setiap hari mengucapkan kata-kata yang baik, terutama tentang kejujuran agar banyak orang yang mau memercayai kita, seperti diriwayatkan Imam Tirmidzi:
“Dari Abi Muhammad Al-Hasan bin Abu Thalib mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya kebenaran itu membawa ketentraman dan kebohongan itu mengakibatkan keraguan (kebimbangan)” (H.R. Tirmidzi)
Jadi jangan gunakan lidah untuk hal-hal yang salah, marilah kita gunakan lidah untuk hal-hal yang benar. Semua tahu dan paham apabila salah menggunakan lidah akan berakibat fatal. Semestinya menggunakan lidah itu yang baik dan benar walapun itu sulit dan pahit akibatnya
“The End”

By : Penulis

Senin, 07 Maret 2016

Bersyukurlah

Ini sebuah cerita tentangku disaat aku belum mengerti apa itu arti dari sebuah kata syukur. Dulu aku selalu memprotes apapun yang telah ku dapat atau diberi sesuatu oleh siapapun. Sehingga suatu kejadian yang telah membuatku mengerti dari arti kata syukur.
“Bu...... Sarapannya mana?” Tanyaku.
“Sabar nak...... Sebentar lagi siap kok” Jawab ibu.
Beberapa menit kemudian.........
“Mana bu? Keburu telat ni.”
“Sabar nak..... Ini sudah selesai kok” Sambil membawa sarapanku.
Lalu aku ambil sarapanku dan langsung menyantapnya dengan terburu-buru.
“Makannya yang santai aja nak, nanti tersedak.”
Tiba-tiba........
“Hooeek....... Makanan apaan ini! Rasanya kok gak enak banget sih!” Bentakku sambil mengelap mulutku.
Astaghfirullah....... Gak boleh mencela makanan nak, makanannya dinikmati” Kata ibu yang telah menitikan air matanya.
“Masak makanan kayak gini harus dinikmati! Kalau gak enak ya gak enak gak perlu repot-repot buat dinikmati lagi! Udah ah..... Aku nanti beli jajan aja deh” Kataku sambil beranjak pergi menuju ke mobil.
Disana mas Joko sedang memerhatikanku, tapi ketika aku menuju kearahnya dia langsung pura-pura tidak tau tentang apa yang telah terjadi tadi.
“Ayo mas...... Kita berangkat nanti keburu telat” Kataku memerintah sambil masuk ke  dalam mobil.
“Iya den” Jawab mas Joko yang langsung menyiapkan mobil
Astaghfirullah.... sejak kapan aku mendidik anakku seperti itu” Batin ibu sambil menyeka air matanya.
Setibanya disekolah, aku segera keluar dari mobil dan langsung menuju ke kelas, sampai di kelas aku langsung duduk dan menyiapkan buku pelajaran untuk hari ini, tetapi aku kurang bersemangat untuk mengikuti pelajaran , entah mengapa hari ini terasa sangat aneh buatku seperti ada suatu hal yang salah. Sehingga tak terasa ternyata pak Andi, wali kelasku sudah berada di dalam kelas dan memulai pelajaran.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Apa kabar anak-anak?” Kata pak Andi sambil mengeluarkan beberapa kertas dari tasnya.
Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, Baik pak” Kata kami berbarengan.
“Iya, bapak akan membagikan hasil ulangan kalian kemarin” Kata pak Andi sambil memanggil satu persatu siswanya.
“Ahmad”
“Iya Pak” Kataku segera beranjak menuju ke arahnya.
“Selamat ya, dipertahankan terus ya” Kata pak Andi sambil menyerahkan kertas ulanganku.
Setelah selesai, pak Andi memberi tau nilai yang terbaik.
“Selamat untuk Ahmad” Kata pak Andi yang lalu disusul tepuk tangan dari yang lain.
“Cie..... Selamat ya Mad” Kata Malik yang langsung menghampiriku.
“Apaan sih, biasa aja dong Lik” Kataku sambil melepaskan tanganku.
“Ye.... Santai aja dong Mad, ntar kapan-kapan ajari aku ya”
“Males ah, belajar aja sendiri”
“Pelit banget sih”
“Aku gak bisa kalau ngajari orang, lagi pula kau dapat nilai berapa sih? kayaknya senang banget”
Alhamdulillah kali ini naik dari nilai yang kemarin”
“Emang sekarang dapat berapa?”
“Sekarang dapat 60, kalau dulu 45” Kata Malik dengan bangganya menunjukan kertas ulangannya.
“Bukannya kau masih harus remidi?” Tanyaku heran
“Ya sih, tapi tidak apa-apa lah. Setidaknya di atas 50 walau bukan di atas KKM sih” Katanya sambil nyengir.
“Lah, kok kau merasa senang sekali, kayak gak terjadi apa-apa dengan nilai ulanganmu itu.”
“Ya kitakan harus bersyukur atas apapun yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita.”
“Ah..... Kenapa sih dari tadi syukur-syukur terus, bosen!” Kataku sambil beranjak pergi ke meja yang lain.
Sesaat kemudian....,
Bel sekolah telah berdering menandakan sekolah telah usai. Aku pun langsung menuju ke parkiran dan disana mas Joko telah menungguku seperti biasa.
“Mas, nanti kita jangan langsung pulang dulu ya, kita makan siang di luar aja ya”
“Kenapa gak makan di rumah den?”
“Gak ah mas, lagi ingin makan di luar aja”
“Mau makan dimana den?”
“Terserah masnya aja deh, yang penting enak tapi gak mahal”
“Siap den”
Kami pun berangkat ke tempat makan yang kalau kata mas Joko sih disana enak dan murah. Akhirnya kami sampai di depan rumah makan sederhana itu dan masuk ke dalam lalu memesan dua porsi nasi goreng dan dua gelas es teh, selama menunggu makanan siap mas Joko tak henti-hentinya menceritakan bahwa makanan disini enak-enak dan aku berusaha untuk mendengarkannya tetapi itu sangat lah membosankan dan membuat nafsu makanku hilang. Akhirnya setelah menunggu beberapa menit makanannya pun dihidangkan di depan kami, dan akupun langsung menyantap makanannya.
Bismillah” Kata mas Joko saat hendak memulai makan.
Beberapa menit setelah makan tiba-tiba kejadian yang seperti di rumah terjadi kembali
“Hooeek...... Katanya makanan disini enak-enak kok rasanya kayak gini, pada gak jelas rasanya!” Kataku yang langsung meminum es tehku.
“Cuih...... Ini lagi apaan, tehnya pahit banget seperti minum obat aja. Ayo mas kita pergi dari sini, tempat ini gak pantas dibilang rumah makan” Kataku yang sudah melengos keluar dari tempat ini.
“Ini kang uangnya, buat bayar pesanan tadi” Kata mas Joko yang telah mengeluarkan uangnya untuk membayar pesanan tadi.
“Gak usah lah mas, tadi pelajaran buat saya aja, agar tidak meremehkan suatu hal yang sepele.” Jawab pemilik tempat makan itu
“Ayo mas kita pergi!!” Teriakku dari luar
“Iya den, pamit dulu ya kang, maaf atas kejadian yang tadi” Kata mas Joko sambil belari kecil menuju kearahku dan langsung menyalakan mobil.
“Perasaan tadi makanannya enak kok den, kok dibilang gak enak” Kata mas joko yang memecahkan kesunyian diantara kami.
“Ah..... Itu perasaan mas aja kali”
“Coba tadi aden makannya dinikmati terus bersyukur masih bisa makan, Insya Allah pasti enak rasanya.”
“Ah..... lagi-lagi kata syukur, apaan sih maksudnya??!!” Bentakku
“Ya udah den, ini kita mau kemana lagi”
“Terserah masnya aja deh, aku lagi bete banget”
“Oke”
Kami pun berangkat ke suatu tempat yang tak ku ketahui dimana itu, kami pun sampai di sebuah rumah dan mas Joko mengajak aku untuk masuk ke dalam, ketika di dalam aku melihat banyak orang membutuhkan perhatian yang khusus, tetapi mereka dapat melakukan aktifitasnya seperti orang-orang normal lainnya.
“Mas, ini tempat apa sih, kok dari tadi banyak orang-orang yang cacat?” Tanyaku penasaran ke mas Joko.
“Ini tempat dimana orang-orang yang membutuhkan perhatian khusus agar mereka dilatih menentukan bidang kesukaan mereka buat masa depannya, dan diajarkan juga buat mensyukuri nikmatnya hidup ini walau mereka cacat” Kata seseorang yang tiba-tiba datang dan ternyata dia tidak mempunyai satu kaki.
“Den kenali ini kang Bambang, beliau yang mempunyai tempat ini dan beliau juga kakak kelas mas dikala SMA dulu. Kang kenali ini Ahmad anaknya majikan saya”
“Panggil saya akang aja mad” Kata kang Bambang yang menjulurkan tangannya kepadaku.
“Iya kang, owh iya kang tadi kan kata akang kita harus bersyukur, kok bisa gitu kang?” Tanyaku setelah berjabatan dengannya.
“Ya bisa dong, kan kita emang disuruh untuk seperti itu ini sudah tertera di Surah Ibrahim ayat 7 yang artinya :
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."

Nah jadi kamu harus bersyukur karena masih bisa menikmati nikmatnya hidup, punya anggota tubuh yang lengkap, masih bisa makan yang enak-enak dan masih punya orang tua. Gak banyak orang yang bisa merasakan itu semua.” Jelas kang Bambang yang membuat ku tersadar atas kejadian seharian ini. Lalu aku memutar tubuhku dan menatap mas Joko.
“Mas maafin aku tadi ya, sudah bentak mas tadi” Kataku sambil menjabat tangannya.
“Tidak apa-apa kok den, mas tau kalau aden lagi ada masalah”
Setelah itu pun kami berjalan-jalan sebentar lalu aku mengajak mas Joko untuk pulang.
“Ayo mas kita pulang” Ajakku
“Ayo den”
“Kang aku pamit dulu ya” Pamitku ke kang Bambang
“Iya mad, sering-sering kesini ya”
Insya Allah kang, Assalamu’alaikum kang”
Wa’alaikum Salam
Setelah mendapatkan nasihat dari kang Bambang aku sadar bahwa selama ini telah salah, selama perjalanan aku berharap kalau ibu ada dirumah. Sesampainya dirumah aku segera mencari ibu.
Assalamu’alaikum, Bu......” Panggilku ketika sudah berada di dalam rumah
Wa’alaikum Salam, Ada apa nak?” Sahut ibu dari dapur
Alhamdulillah ibu ada dirumah” Batinku.
Lalu aku segera menuju ke dapur, aku melihat ibu sedang mencuci piring, ku hampiri beliau dan langsung ku peluk beliau sambil menitikan air mataku.
“Maafkan aku bu..... Kalau selama ini aku menyakiti perasaan ibu” Kataku sambil mencium tangannya, air mataku terus mengalir dengan deras.
“Iya nak, Ibu sudah memaafkanmu dari tadi, lain kali jangan diulangi lagi ya” Kata ibu sambil mengelus-ngelus kepalaku dan menyeka air mataku.
“Iya bu, Insya Allah aku akan berusaha tuk lebih baik lagi.”

“The End”


By : Penulis

Rabu, 02 Maret 2016

Hargailah Waktumu

Waktu, yang terdiri lima huruf yang sangat bermakna, tetapi susah untuk dimengerti, yang selalu berjalan maju tanpa henti dan tak mengenal kata “mundur”. Sebagian orang mungkin menyepelekan waktu atau menyia-nyiakannya. Sebenarnya “time is very important” atau waktu sangatlah penting bagi semua mahluk terutama dalam kehidupan. Seperti yang tertera di Surah Al-‘Ashr ayat 1-3, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Makna surah di atas bahwa bagi orang yang tak menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin maka dia termasuk ke dalam orang yang merugi, maka marilah kita menggunakan waktu sebaik mungkin. Sebagaimana semboyan yang tak asing di telinga kita “time is money” atau waktu adalah uang, coba bayangkan apabila 1 detik sama dengan 100 ribu rupiah, maka 1 menit adalah 60 detik; jadi 60 x Rp. 100.000.- = Rp. 6.000.000.- Jadi hanya dalam 1 menit saja kita telah kehilangan 6 juta rupiah, betapa ruginya kita, jikalau kita hanya berdiam saja atau berpangku tangan.
Namun, ada juga yang mengibaratkan waktu ini sebagai pedang yang siap menebas setiap orang yang tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.
Apapun itu istilahnya, waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan telah dianugrahkan oleh Allah SWT kepada kita. Waktu mempunyai keunikan tersendiri yang selalu bergerak maju dan tak pernah mundur walau hanya sedetik. Waktu juga, tak bisa di ulang  selalu meninggalkan orang yang lalai dan waktu juga bisa membuat orang sukses, namun juga dapat menjerumuskan pada kegagalan. Itu semua tergantung terhadap bagaimana cara kita menggunakannya. Ingat waktu di dunia ini sangatlah sebentar, janganlah disia-siakan untuk hal yang buruk, marilah kita gunakan ia  sebaik mungkin selama masih hidup. Hargailah! karena ia tidak bisa menunggu. Jadi gimana, masih mau menyia-nyiakan waktu?

“Terima Kasih”
By : Penulis

Selasa, 01 Maret 2016

Filosofi Pena

Pena itu alat tulis yang selalu digunakan, tetapi kenapa pas SD yang dipakai pensil bukan pena? Jawabannya itu karena ketika masih SD dulu masih sering  melakukan sebuah kesalahan dan untuk mengurangi itu semua makanya masih pakai pensil dan setiap ada pensil berarti harus ada penghapusnya. sampai kira-kira di kelas 5 atau 6 SD orang tua baru memberikan pena karena dikira ia sudah siap untuk menulis dan melakukan sebuah kesalahan yang gak terlalu banyak seperti dulu lagi.
Dizaman dulu bentuk pena gak seperti sekarang ini yang bisa langsung dipakai. Bentuknya itu berupa bulu yang sebelum memakainya dicelupkan kedalam gelas kecil yang berisi tinta. Ketika melakukan sebuah kesalahan dalam penulisan mau gak mau kertas tersebut sudah tak dapat dipakai lagi.
Maka dari itu bersyukurlah kita karena bentuk pena sekarang sudah sangat enak dipakai. Memakai pena itu berarti sama saja secara tidak langsung bahwa kita telah siap menghadapi semua kesalahan dan harus diselesaikan dengan benar.

"Terima Kasih"

By : Penulis

Senin, 29 Februari 2016

Kepercayaan

Disini penulis tidak bermaksud untuk membahas tentang kepercayaan terhadap agama, penulis hanya ingin membahas tentang kepercayaan terhadap seseorang.
Rata-rata di antara kita pasti mempunyai orang yang dapat dipercaya untuk curhat tentang suatu masalah pribadi, mulai dari orang tua, keluarga dan sahabat. Kebanyakan dari kita memilih untuk curhat kepada orang tuanya terutama ke ibu dan ada juga yang lebih memilih sahabatnya sebagai teman curhat, tetapi sekarang sudah sulit untuk mencari teman yang dapat dipercayai, secara empirik dari 7 teman sekitar 1,5 yang dapat dipercaya. Mengapa orang yang dapat dipercayai sangat sedikit? Itu karena di antara mereka semua sekarang telah egois lebih mementingkan diri sendiri ketimbang orang lain, sehingga mereka terlupakan, kecuali dikala sulit, demikianlah seterusnya.
Tetapi, ada juga yang lebih memilih pacarnya daripada orang tua ataupun sahabatnya untuk curhat-an; tapi ingat janganlah terlalu percaya, berhati-hatilah dengan rayuannya kecuali mukhrim-mu sendiri. Faktanya, banyak kejadian bunuh diri, putus cinta, berselingkuh hanya gara-gara salah memilih sumber curhat-an sehingga berdampak pada masa depannya. Ironisnya, peristiwa itu pada umumnya adalah perempuan yang menjadi korban. Mengapa? Karena perasaan perempuan itu sangatlah rapuh dan mudah sakit hati, bila kepercayaannya telah dirusak. Selain itu biasanya akan stress atau galau yang dalam  sehingga cenderung berpotensi melakukan tindakan nekat.
Fakta lainnya, banyak oknum yang berpacaran tega membunuh janin yang tak berdosa atas  perbuatan kotor mereka dengan melakukan aborsi!. “Na’udzubillahi mindzalik”
Disini penulis mengajak pembaca untuk berpikir dampak hilangnya kepercayaan akibat salah memilih teman curhat-an. Oleh karena itu, pentingnya kepiawaian memilih sumber curhat yang baik dan benar. Karena kesalahannya berakibat fatal untuk masa depan. Untuk itu penulis mengingatkan dan mengajak agar berhati-hati dalam memilih sumber curhat yang dipercaya, terutama bagi yang pacaran. Hati-hati jangan mudah percaya.
Sebagai solusinya penulis menyarankan pilihlah sumber curhat yang dapat memberi perlindungan, mengayomi, dan memberi motivasi sebagai solusi yang cerdas. Sosok yang tepat sesuai dengan kriteria itu adalah orang tua karena dia lebih mengerti perkembangan perilaku kita sejak kecil. Selain itu lebih bijak lagi kalau curhat dengan ustadz atau kyai karena dia lebih mumpuni dalam hal menginspirasi solusi yang tepat dan lebih hakiki lagi apabila kita curhat kepada Allah SWT dikala waktu sholat tahajud dan ber-dzikir karena Insya Allah akan memberikan hidayah, pencerahan dan khazanah atas solusi masalah kita.
Semuanya itu tergantung pada diri anda sendiri namun penulis mengingatkan sesuai yang telah tertera di Surah Ar-Ra’d ayat 11: “.......Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.....” Artinya anda harus bijak dalam memilih komunitas yang benar. Semoga kita dapat memelihara dan menjaga kepercayaan yang diberikan.
“Terima Kasih”

By : Penulis